Siapa bilang di remehin itu jadi bikin down. Siapa bilang di hina itu bisa kena mental. Percaya deh, ternyata ada lho hinaan yang nggak ada efek apa apa ke mental. Apalagi kalo hinaan yang datang dari orang yang banyak cicilan. Beneran deh. Ini udah pernah saya alami. Disuatu pagi, saat saya hendak membuka sarapan. Saya memang suka makan pecel sayur, tentu saja selain murah, ini kesempatan langka saya untuk bisa makan sayur setiap harinya, demi BAB yang lebih lancar. Pecel sayur dibuka, di barengi dengan suara dari belakang yang berkata ‘’yaelah sarapannya pecel mulu.. lagi ngrit apa?’’ Iya, sosok itu. Si A yang berkata. Dengan santai saya membalas ‘’iye, mayan sarapan goceng doang cui..’’ Mungkin bisa jadi kalimat itu hinaan. Bagi orang yang nggak kenal si A. tapi buat saya, ini lelucon se-lelucon leluconnya. Saya sudah paham si A, dengan gaya ‘matrealistiknya’. Barang yang di pakainya nggak pernah murahan. Saya tau karena dia sering memamerkanya. Tapi di lain waktu, si...
Kita selalu di buat tawa oleh beberapa adegan film kartun. Dominasi cerita film kartu biasanya berkutat pada sisi ke bodohan si tokoh. Semisal tom si kucing dalam serial Tom and Jerry. Berkali kali dia mencoba menangkap Jerry dengan cara cara konyolnya, tetapi tetap saja endingnya selalu berimbas kepada dirinya sendiri. Melihat kebodohan Tom yang selalu gagal dengan segala taktiknya, bukan membuat kita geram dan greget, malah membuat kita bisa terta wa lepas. Kita sedang menertawakan kebodohan. Kebodohan yang di ciptakan oleh orang lain. Nyatanya, kebodohan Tom yang bisa kita tertawakan, tak berhasil di implementasikan di situasi kisruhnya dunia politik saat ini. Menjelang pemilihan, suasana bisa begitu memanas karena kita tak pernah bisa tenang melihat (yang kita anggap) kebodohan di depan mata. Lawan politik kita adalah sumber kebodohan itu sendiri. Bodoh karena memilih pilihan yang mungkin kita anggap salah. Pun sebaliknya, disebrang sana mereka pun juga berfikir demikian...