Kita pasti sering gini :
Datang ke tongkrongan, nyimak perbincangan antara si A dan si B yang lagi ngomongin si C. Si A berperan sebagai orang yang dari awal ingin memulai perbincangan dengan topik si C. Karena ingin menjadi pendengar yang baik, si B berusaha memahaminya.
Dengan penuh semangat yang membara jiwa, si A mulai membahas semua hal tentang si C. yang bermula dari kebaikannya, sampai kejelekannya. Namun emang dasar kebanyakan sifat alami manusia jaman sekarang, yang lebih senang mendengar berita tentang kejelekan seseorang, akhirnya semua topik beralih ke kejelekannya si C.
Sangking serunya menyimak, si B ikut menimpali. Semua kejelekan si C (yang memang fakta) di keluarkan. Tanpa sadar, sekarang si penebar kebencian mulai berkembang biak, yaitu si A dan si B.
Karena kekuatan si A dan si B bertambah, akhirnya kita selaku orang yang dari tadi menyimak mulai masuk dalam pembahasan. Semua hal jelek yang kita ketahui tentang si C satu persatu di keluarkan. Endingnya, satu hari penuh kita habiskan cuma buat ngomongin orang.
Bahayanya dan yang sering terjadi adalah, ketika si A, si B dan kita sendiri kehabisan fakta tentang kejelekan si C, kita mulai mencari cari kejelekan si C yang lain, yang kebenarannya belum tentu benar karena cuma nggak mau kehabisan bahan obrolan.
''Lu tau nggak sih, yang gue denger si C sampe mau jual ginjal di OLX cuma gara gara butuh duit buat beli maskara.''
Iya, ada kata ''yang gue denger''. Padahal dia pun nggak begitu yakin, siapa yang dia denger. Tapi sialnya, penyampaian ''yang gue denger'' akan diterima di orang lain menjadi ''ah masa sih dia sampe mau ngelakuin itu?'' endingnya, semua berita yang muncul tentang si C adalah, sosok wanita yang berniat menjual ginjalnya di online shop demi sebuah maskara.
Komentar
Posting Komentar