Di setiap perjalanan hidup manusia, hal yang nggak pernah bisa lepas dari si manusia itu sendiri adalah sebuah pilihan. Sedari masih jadi embrio, sampe masuk ke liang lahat pun, kita nggak pernah lepas dari sebuah pilihan.
ketika lahir, mau normal atau sesar. pas bayi, mau di beri asi atau susu formula. Masuk balita, mau ke TK atau langsung SD. Lanjut ke yang lebih tinggi, mau masuk SMP- SMA swasta atau negri. Lulus sekolah masih harus milih, mau langsung kerja atau kuliah dulu. mau mati pun juga harus milih. mau di kubur, bakar, apa di kukus.
sebener nya nggak selama nya dari kedua pilihan yang ada, bernilai buruk atau jelek. Bisa sama sama bagus. Atau samar. Yang pasti, ada nya pilihan, lahir karna untuk mengasa, sejauh mana ketajaman yang bisa di gunakan dalam hal mengambil tindakan.
termaksud harus memilih antara teman atau pacar.
iye gue tau intro nya kepanjangan. Padahal maksud nya cuma gitu doang. Yang jelas, semenjak tau teman satu tongkrongan suka juga sama liska, kecanggungan mulai datang antara gue dan dia. Apalagi ketika teman yang lain nya juga ikut tau. Gue dan dia jadi bahan candaan ketika ada satu topik percintaan yang bersifat.. Cinta segitiga. Ea!
*****
Gue memutar mutar hape dengan jemari malam itu. Udah hampir 2 jam gue habiskan untuk berfikir, dari mana gue harus memulai percakapan ini. Iya, semenjak kemaren rahayu ngasih pin bb nya, seketika itu gue langsung invite. Gue nggak mau aja apa yang rahayu bilang tentang ada satu 'kompetitor' yang mulai datang, bener bener berhasil meraih hati nya liska. Udah nggak brani nyapa, ada saingan pula.
Oke gue harus bertindak! Nggak bisa gue diem aja begini. Gue beranikan diri untuk menyapa malam itu... lewat bbm.
"Hey.."
1 menit berlalu.
bbm ceklis.
5 menit berlalu..
masih ceklis.
20 menit berlalu.
belum ada perubahan.
kampret. Giliran udah brani, semesta ngga mendukung. Disaat ketiduran, suara clentungan dari bbm bunyi. Gue mengucek mata sebentar, samar samar gue perhatikan layar, dan ternyata dia bales.
"iya kak?" balas nya singkat.
"hehe belum tidur?"
"belum kak. Biasa, insom nya kambuh."
"oh.. Yaudah lanjutin deh."
"apa nya kak?"
"insom nya.."
"...."
"haha, maksud nya hmm.. Lagi apa?"
"tiduran."
"oh.. Udah makan?"
"belum"
"yaudah makan dulu gih."
"iya"
"...."
sueee. Gue baru tau kalo bbm versi dia itu versi bakrie. Pantes aja ngetik nya perkarakter. Jadi agak irit gitu. Oke jangan menyerah. Baru segini aja nih? Hasek.
sehabis makan, (yang sebener nya gue nggak tau itu makan beneran apa alasan untuk melarikan diri) kita bbman lagi. Percakapan percakapan ringan mengalir begitu aja sampe malem. Untuk reaksi awal gue belum tau, seperti apa kesan gue buat dia. Bahagia kah. Atau sebalik nya. Yang jelas gue hanya bisa menikmati 'clentungan' demi 'clentungan' yang terdengar dari bb gue. Bunyi itu lah yang saat itu mengubah hari demi hari gue menjadi sedikit lebih berwarna. Setiap ada bbm masuk, gue langsung buru buru membuka nya. Wajah gue langsung sumringah ketika menyadari, bbm yang masuk itu dari dia. Atau sebalik nya. Kecewa begitu tau bbm yang masuk cuma broadcast Online shop.
jatuh cinta itu membuat sedikit kinerja otak jadi melamban. Itu terbukti dari cara gue membalas bbm dia. Perlu tombol 'Del' ratusan kali mungkin agar pesan yang gue kirim ke dia, ada "haha" nya. Begitu hal itu terjadi, rasa nya bagai ada jutaan malaikat yang menari nari di atas kepala. Senyum senyum sendiri meski tak peduli orang bakal berfikir apa.
jatuh cinta juga berhasil membuat orang jadi makhluk paling Ge-er sedunia. Ketika dia buat Personal Masagge, ketika itu juga kita bakal mengira pesat itu buat kita. padahal mah belum tentu. biasa nya Mendadak langsung mengoreksi diri sendiri. Apa iya kita seperti yang dia tulis di PM nya.
pernah satu waktu dia buat PM "thanks ya" di selingi emot peluk. Berhubung gue lagi jatuh cinta. Dan sial nya sama dia. Sontak aliran darah yang berjalan lambat, mendadak bak terjangan tsunami yang mengalir deras. Senyum senyum sendiri gue menatap layar. Tapi seketika runtuh begitu dia mengoreksi PM nya dan menambahkan nama seorang teman nya.
tapi yang ini beda. Apa arti nya dari menjadi kan screen capture chat sebagai DP di bbm? Apa ini respon bagus yang dia beri? Iya gue serius. Dalam satu kesempatan, ketika kita lagi ngalur ngindul di chat, dia sempat menjadikan chat kita sebagai DP.
di dalam dunia per-bb-an, ketika kita mau mengganti DP, ketika itu juga kita harus siap menerima beragam komen. Entah itu poto sendiri, poto lucu lucuan, atau screen capture. Untuk itu perlu ada nya kesiapan untuk menjawab beragam komen. Di balik kesiapan, di butuhkan juga kerelaan. Rela mempertanggung jawabkan DP yang kita pasang. Itu arti nya, apakah ini pertanda, sudah rela nya dia memberi sedikit hati nya untuk.. Gue? Ah baru aja gue bilang kalo orang jatuh cinta itu bisa jadi lebih geer. Oke gue menganggap tahap ini sudah berhasil. Gue berhasil mengajak dia berbincang. Iya gue tau meski baru lewat bbm. Kita sudah banyak membicaranan hal. Dari yang ringan, sampe yang berat. Berat? Iya, dalam satu malam kita ngebahas topik yang lebih serius dari biasa nya. Secara nggak langsung, dia udah bisa menangkap 'sinyal' yang gue berikan. Dia sudah tau, untuk apa gue masuk ke tiap detik waktu nya. Dan dia juga sudah tau, seperti apa menyikapi nya.
Posisi gue yang saat itu baru aja putus, meragukan dia tentang gue. Dia masih takut ini hanya pelarian dari rasa sakit yang gue alami. Atau kemungkinan lain nya adalah cibiran orang yang menganggap dia 'mau sama siapa aja' meski gue baru putus.
gue pun bisa terima alasan dia. Alasan yang logis dan nggak gue pikirkan sama sekali sebelum nya. Jauh di hati kecil gue bahagia dia memberi jawaban seperti itu. Logika nya, dalam kondisi seperti ini, dia lebih memilih 'mengamankan' reaksi publik tentang nya, ketimbang harus mengambil keputusan yang sifat nya buat diri sendiri. Dan dari situ gue semakin yakin kalo dia, bukan cewek sembarangan.
"mungkin ini terlalu cepat". Kata dia. Gue pun juga sepaham dengan nya. Meski gue tau, semakin lama kita mengulur waktu, semakin lama juga 'luka' lama gue kering.
dalam kondisi ini juga gue berfikir, kita baru sebates bbman. Belum ada kontak langsung. Face to face. Talk to talk. Berbicara langsung sambil menatap mata nya dan mendengarkan setiap ritme yang keluar dari mulut nya. Kita belum melakukan itu. Gue takut ritme nya sama seperti dulu. Yaitu.. Cinta yang instan, juga akan menghasilkan hubungan yang instan. Yaudah lebih baik gue tidur malam ini. Memikirkan planing selanjut nya. Seperti yang gue bilang, gue harus mengajak ngobrol dia. ngobrol langsung. Entah dengan cara apapun.
****
Pagi itu hari senin. Kemacetan jakarta yang selalu sama menambah kesemriwetan tiap pagi nya. Sift pagi di hari senin emang menyiksa. Selain harus macet macetan, stok buku baru yang dateng juga pasti banyak. Untung pagi itu sift satu 3 orang. Sebagai senior yang menjungjung tinggi nilai edukasi, gue membiarkan junior junior yang kerja dengan harapan bisa menambah product knowladge. Waktu santai santai gue gunakan untuk.. Mencari tau tentang liska sebanyak banyak nya, lewat rahayu.
"oh jadi andika langsung jaga jarak begitu tau gue juga suka sama liska?" tanya gue mengawali percakapan. Dengan lancar rahayu menuturkan semua itu.
"iya. Mungkin dia nggak enak sama lo."
bagus. Dengan begitu saingan gue berkurang satu. Ya emang satu doang sih.
"tapi ya kalo alesan nya karna nggak enak sama gue, gue juga bakal nggak enak sama dia." sambung gue sok simpati. Padahal seneng nya udah sampe terkencing kencing.
"lo gimana sih! Giliran dia udah mundur, lo yang ragu. Waktu awal tau dia juga suka, lo kaya kebakaran jenggot. Lo cowok bukan sih?" rahayu mulai emosi. Tapi kali ini nggak sambil menggebrak meja. Tapi meja yang menggebrak dia.
"ya lo tau kan, gue juga nggak mau begitu aja matahin niat orang cuma gara gara gue lebih senior. Apalagi masalah hati. Kalo seandainya suatu saat nanti gue jadian juga.."
"masih seandainya kan?"
"iya serah lo deh." gue kesel. "yaa maksud gue, gue nggak mau aja ada satu orang yang masih menyimpan perasaan ke liska. Semacem cinta nggak kesampean gitu. Maka nya lebih baik dia mundur karna alasan emang bener bener nggak suka, dari pada nggak enakan sama gue".
rahayu manggut manggut. Pengen kali ini gue yang menggebrak meja sambil berkata "ngerti nggak lo" namun gue urungkan, dari pada meja nya yang bakal menimpa gue.
"ya tapi kalo emang itu keputusan dia, gue bisa apa." gue sok pasrah. Padahal itu keputusan baik.
"tapi gue nggak yakin andika mau nyerah gitu aja". Sambung rahayu dengan mata selidik nya.
"maksud nya?"
"lo tau kan waktu dia juga suka sama wardah?perjuangan nya kaya gimana? Sayang nya aja wardah nggak ada respon sama sekali ke dia." wardah adalah cewek yang dari dulu di suka andika sampai akhir nya dia harus menyerah setelah tak ada respon yang kunjung baik.
"iya gue tau itu."
"orang orang yang kaya gini itu pasti prinsip hidup nya tinggi. dia nggak akan beralih ke lain hati, selama dia udah suka sama seseorang."
"jadi artinya??"
"arti nya? Ya arti nya perjuangan dia lebih besar, untuk mendapatkan orang yang dia suka. Meski umpama nih ya, kenyataan nya nanti liska nggak suka sama andika, tetep aja kalo perjuangan dia besar, cewek akan luluh juga bro."
gue mulai panik.
"cewek itu lebih suka di yakinin ketimbang di ingetin. Kalo perjuangan kita besar, keyakinan dia akan cowok itu juga semakin tumbuh dan besar."
kepanikan gue berubah menjadi ke khawatiran.
"contoh nya nih ya. Cewek lebih suka cowok yang langsung ngajak makan, ketimbang cuma bbm ngingetin makan doang. Lebih suka langsung di jemput ketimbang cuma bilang "kamu pulang nya ati ati ya" dan yang lebih penting, tiap bulan nya selalu bilang 'uang nya udah aku transfer ya'."
"yang terakhir itu kaya nya elo doang deh".
"hehe." rahayu tersipu malu. Tapi bener juga apa kata dia. Apa yang udah gue lakukan? Cuma sebates ngasih perhatian lewat bbm doang. Ngajak ngobrol langsung pun kaga. Sementara andika? Sesekali gue pernah liat dia ngobrol, entah membicarakan apa dengan liska.
"nih.. Mumpung dia masuk pagi juga. Lu ajak dah makan bareng kek. Pulang bareng kek. Biar lu ada sedikit perjuangan nya."
"yu.."
"apa?"
"makasih ya".
"LEBAY!!!" rahayu ngeloyor begitu aja. Tinggal gue yang masih berdiri di depan rak buku budidaya lele bersama rasa ketakutan yang semakin lama semakin membesar. Ketakutan yang sama. yup.. Ketakutan akan kehilangan lagi.
*****
makan siang gue di penuhi dengan sekumpulan cara, apa yang harus gue lakukan untuk memperlihatkan perjuangan yang lebih 'real'. Dalam sekelumit keyakinan yang tak banyak, gue meyakini, dia adalah penawar dari rasa sakit yang berkepanjangan ini. Gue bisa melupakan setidak nya sepersekian detik rasa sakit gue ketika lagi bbman sama dia. Bisa seantusias ketika mengetikan kata demi kata lewat pesan singkat itu. Itu lah alasan nya kenapa, di 10 menit yang lalu gue duduk termenung di meja kantin yang mulai sepi. Memikirkan bagaimana cara nya agar usaha gue yang nggak seberapa ini, bisa naik level dan mendapat tempat di hatinya dia.
30 menit berlalu tanpa hasil. Oke gue pasrah. Gue akan kembali bekerja dan melupakan cara cara norak yang barusan gue pikirkan. Kaya gue pura pura nabrak dia, dan ngejatuhin buku yang dia bawa dan berkata, "kamu nggak apa apa?" layak nya FTV siang.
memang nggak gampang berfikir dalam keadaan otak lagi nggak stabil. Ketidak stabilan sistem kerja otak gue di pengaruhi olah 2 unsur. Pertama rasa bahagia karna telah di mabuk asmara. Kedua ketakutan akan kehilangan lagi. Dan siang itu gue coba delete kedua nya agar nggak menjadi beban yang berkepanjangan. Gue coba sibukan diri dulu dengan kerjaan. Oiya, tadi buku dateng banyak. Lebih baik gue susun dulu ke rak nya.
dan jam 3 nggak kerasa datang gitu aja. Sebelum pulang, gue sempatkan buat shalat ashar dulu. Sendiri gue mematung, menunggu lift yang tak kunjung turun dari lantai 4. Kaya nya banyak yang mau turun. Angka 4 lalu berkedip kedip. Tanda lift nya lagi turun kebawah. Selang pintu terbuka, gue melihat dia didalam nya. Mampus gue. Nggak.. Nggak.. ini bukan panik. Bukan juga grogi. Ini cuma pertemuan yang belum gue persiapkan. Rambut gue masih acak acakan (yang sampe lebaran kadal juga keliatan acak acakan) baju gue dekil, lecek, farfum nya juga udah ilang. Trus apa yang harus gue katakan ke dia? Mengajukan pertanyaan basa basi kah, semisal ''langit nya cerah ya?'' Atau langsung bertegur sapa layak nya kawan lama yang tak kunjung temu, semisal ''hey apa kabar? suami, anak anak sehat ya di rumah? oiya ngomong ngomong di rumah pake propolis juga nggak?''
Terus apa yang bakal dia pikir kan kalo gue menegur atau tidak? Aaagrrrh.. Bego bego bego. Bahkan gue belum sempet menyiapkan pertanyaan retorika macam apa yang bakal gue ajukan?
perjalanan lift dari lantai 3 ke lantai dasar berasa perjalanan suku badui menuju kota. Dalam hening kita berada di satu kotak besi yang tak kunjung terbuka. Bahkan nafas kita saling bertukar. Bisa saja gue menghirup apa yang dia hembuskan. Ah.. Kalo begini jadi nya, tadi aja gue bawa kantung udara buat menyimpan udara yang saat itu dia hembuskan. Buat suatu waktu ketika dia di miliki orang lain, gue masih bisa memiliki sisa sisa nafas nya. Tsadap!
dalam hening yang panjang, akhir nya pintu terbuka. Dia berjalan duluan, sementara gue masih membelakangi nya. Mengutuk diri, betapa bego nya gue tadi. Bahkan sepatah kata "egrhm" pun nggak keluar. Gue masih bisa melihat punggung nya, saat akhir nya dia membelokan diri, menuju mushalah yang juga pengen gue tuju. Entah ini kesempatan kedua, atau rasa malu kedua. Yang jelas gue mulai memperlambat langkah. Memberikan kesempatan dia jalan duluan, biar nanti kita nggak lagi papasan.
tapi cara itu nggak efektif. Begitu selesai shalat, ternyata dia masih mengikat tali sepatu nya. Padahal tadi shalat udah gue lama lamain biar nggak ketemu lagi. gue cuma malu aja dengan apa yang gue lakukan di lift tadi. bukan.. bukan.. maksud gue, dengan apa yang gue nggak lakukan tadi. iya gue nggak melakukan apa apa.
Gue yakin dia menyadari keberadaan gue. Mungkin maksud nya, ada tapi seperti tak ada. Gue pahami itu. Terlihat dari raut wajah nya pun seperti menanamkan rasa kecewa. Seorang arimba yang rame di bbm, yang selalu bisa bikin chat selalu di buahi "hahaha" nya, mendadak menjadi seorang pecundang yang nggak berani menyapa, walau hanya sebatas kata 'hai'.
oke iya.. Gue akui saat ini (dan mungki selama nya) gue masih belum berani untuk menyapa nya. Nggak ada alasan khusus kenapa masih belum berani. Hanya sebatas waktu mungkin. Atau juga ini memang suatu kewajaran lelaki pada umum nya, Yang lebih memilih mematangkan step awal buat naik ke step berikut nya. Iya gue rasa begitu. Kita akan coba besok lagi.
malam nya gue coba bbm dia. Sekedar mengulang kebiasaan tiap malam, saat ngebahas satu topik yang nggak jelas tapi seru.
tapi entah perasaan gue doang apa nggak, balasan demi balasan yang dia kirim, seolah menandakan dia udah nggak mau lagi bbman sama gue. Bbm yang dia kirim lebih singkat dari biasa nya. Joke joke ringan yang gue kirim pun nggak mendapat respon seperti biasa nya. Dan yang lebih aneh lagi, dia nggak pernah nanya balik ketika gue menanyakan satu hal. Kenapa dia? Apa ini semua gara gara kejadian tadi sore? Chat berakhir ketika dia cuma bales "oh." gue juga udah mulai ngantuk. Lagi pula, apa yang mau di bales dari sebuah pesan singkat yang cuma berisikan "oh". Kalo gue terusin pun juga bakal keliatan binal. "Oh.. Oh.. Oh.." dan malam itu di tutup dengan satu pertanyaan besar. Ada apa dengan dia?"
*****
Gue bangun pagi itu dengan satu tanda tanya besar, ada apa dengan dia? Gue bbm pun bales nya lama banget. Sekali nya bales, singkat doang. Dengan masih menggantung pertanyaan yang belum terjawab tadi, gue kembali berangkat kerja. Gue susuri jalan sepanjang salemba matraman dengan setengah hati. Pagi ini memang nggak seperti biasa nya. Ada seperti part yang hilang dalam hidup gue. Meski terlihat sepele, namun terasa juga.
di tempat kerja, gue berusaha menemui rahayu. Menanyakan apa penyebab dia berubah. Kali aja dia tahu. Tapi sedari tadi dia nggak keliatan. Nggak masuk apa gimana sih?
"liat rahayu ngga?" gue nanya kesalah satu pegawai lain nya.
"tadi sih gue liat di bawah."
"oke thanks ya." gue bergegas langsung turun kebawah. Dari kejauhan gue sudah bisa melihat nya. Tubuh nya yang sedikit jumbo memudahkan gue untuk mencirikan nya meski dari jarak 10KM.
namun saat dia melihat gue, pandangan nya langsung bergerak ke arah lain. Saat gue menuju ke arah nya, dikit demi sedikit pun langkah nya juga menjauh. Ada apa sih ini?
"yu.. Rahayu.." gue memanggil nya.
karna sudah di panggil nama nya, terpaksa dia menoleh.
"ada apaan sih? Lo kenapa?" tanya gue penasaran.
"kenapa apa nya? Biasa aja."
"yaaa kaya nya lu beda aja. Kaya mau menghindar gitu."
"perasaan lu aja kali kak."
gue melupakan hal itu.
"oiya yu.. Gue mau nanya satu hal." sambung gue.
"apa?"
"kok dia jadi cuek gitu ya sekarang sama gue"
"cuek gimana?" tanya nya ragu.
"ya ga kaya biasa nya aja. Lu tau sesuatu?"
dia menggigit ujung bibir nya. Bola mata yang sedari tadi tertuju ke gue, kini berubah arah. seperti sedang ingin memberi sesuatu, tapi ragu.
"yuu.."
"..."
"yu lu pasti tau sesuatu kan pasti?" tanya gue semakin penasaran.
"...."
"yu ayolah.. Lu kata nya mau bantu gue."
"cuma gue nggak enak kak ngomong nya."
"yaudah nggak papa."
"yaudah sini ikut."
gue di giring naik lagi ke atas. Menuju tempat yang mungkin nggak ada orang yang mendengar.
"buruan, lu mau ngomong apa?" gue semakin penasaran.
"tapi janji ya lu harus baik baik aja sama semua nya setelah gue bilang ini?"
"iya iya.." sambung gue ragu. Perasaan kian resah.
"jadi sebener nya.."
"sebener nya apa?"
"hmm sebener nya.."
gue mendengarkan dengan seksama.
"apa?"
"liska.."
"iya liska kenapa?"
"liska udah jadian sama andhika" ucap nya cepat. "udah ah, gue jadi makin bersalah gini sama lu." lalu dia pergi meninggalkan gue yang masih belum percaya dengan apa yang dia ucapkan.
seketika dunia terasa gelap. Lantai 3 yang tadi nya banyak orang, kini bagai video yang di pause. Separuh otak gue masih belum bisa mencerna apa yang di ucapkan rahayu. Sendi sendi di kaki terasa ngilu. Gue berjalan perlahan ke balik pilar. Mengumpat berharap tak ada yang menemukan. Langit jakarta yang bisa gue lihat dari jendela dengan keadaan cerah, kini berubah menjadi gelap dan kelam. Itu menurut bayangan gue. Sedikit demi sedikit harapan yang gue tabung selama ini, hilang sudah.
dan jika gue boleh kembali ke 2 hari yang lalu, saat gue berpapasan di lift, mungkin gue akan benar benar menyiapkan kantung udara untuk menyimpan sedikit nafas nya, ketika raga nya tak sempat gue miliki :)
Lantai 2 Gramedia Matraman 27 November 2013
ketika lahir, mau normal atau sesar. pas bayi, mau di beri asi atau susu formula. Masuk balita, mau ke TK atau langsung SD. Lanjut ke yang lebih tinggi, mau masuk SMP- SMA swasta atau negri. Lulus sekolah masih harus milih, mau langsung kerja atau kuliah dulu. mau mati pun juga harus milih. mau di kubur, bakar, apa di kukus.
sebener nya nggak selama nya dari kedua pilihan yang ada, bernilai buruk atau jelek. Bisa sama sama bagus. Atau samar. Yang pasti, ada nya pilihan, lahir karna untuk mengasa, sejauh mana ketajaman yang bisa di gunakan dalam hal mengambil tindakan.
termaksud harus memilih antara teman atau pacar.
iye gue tau intro nya kepanjangan. Padahal maksud nya cuma gitu doang. Yang jelas, semenjak tau teman satu tongkrongan suka juga sama liska, kecanggungan mulai datang antara gue dan dia. Apalagi ketika teman yang lain nya juga ikut tau. Gue dan dia jadi bahan candaan ketika ada satu topik percintaan yang bersifat.. Cinta segitiga. Ea!
*****
Gue memutar mutar hape dengan jemari malam itu. Udah hampir 2 jam gue habiskan untuk berfikir, dari mana gue harus memulai percakapan ini. Iya, semenjak kemaren rahayu ngasih pin bb nya, seketika itu gue langsung invite. Gue nggak mau aja apa yang rahayu bilang tentang ada satu 'kompetitor' yang mulai datang, bener bener berhasil meraih hati nya liska. Udah nggak brani nyapa, ada saingan pula.
Oke gue harus bertindak! Nggak bisa gue diem aja begini. Gue beranikan diri untuk menyapa malam itu... lewat bbm.
"Hey.."
1 menit berlalu.
bbm ceklis.
5 menit berlalu..
masih ceklis.
20 menit berlalu.
belum ada perubahan.
kampret. Giliran udah brani, semesta ngga mendukung. Disaat ketiduran, suara clentungan dari bbm bunyi. Gue mengucek mata sebentar, samar samar gue perhatikan layar, dan ternyata dia bales.
"iya kak?" balas nya singkat.
"hehe belum tidur?"
"belum kak. Biasa, insom nya kambuh."
"oh.. Yaudah lanjutin deh."
"apa nya kak?"
"insom nya.."
"...."
"haha, maksud nya hmm.. Lagi apa?"
"tiduran."
"oh.. Udah makan?"
"belum"
"yaudah makan dulu gih."
"iya"
"...."
sueee. Gue baru tau kalo bbm versi dia itu versi bakrie. Pantes aja ngetik nya perkarakter. Jadi agak irit gitu. Oke jangan menyerah. Baru segini aja nih? Hasek.
sehabis makan, (yang sebener nya gue nggak tau itu makan beneran apa alasan untuk melarikan diri) kita bbman lagi. Percakapan percakapan ringan mengalir begitu aja sampe malem. Untuk reaksi awal gue belum tau, seperti apa kesan gue buat dia. Bahagia kah. Atau sebalik nya. Yang jelas gue hanya bisa menikmati 'clentungan' demi 'clentungan' yang terdengar dari bb gue. Bunyi itu lah yang saat itu mengubah hari demi hari gue menjadi sedikit lebih berwarna. Setiap ada bbm masuk, gue langsung buru buru membuka nya. Wajah gue langsung sumringah ketika menyadari, bbm yang masuk itu dari dia. Atau sebalik nya. Kecewa begitu tau bbm yang masuk cuma broadcast Online shop.
jatuh cinta itu membuat sedikit kinerja otak jadi melamban. Itu terbukti dari cara gue membalas bbm dia. Perlu tombol 'Del' ratusan kali mungkin agar pesan yang gue kirim ke dia, ada "haha" nya. Begitu hal itu terjadi, rasa nya bagai ada jutaan malaikat yang menari nari di atas kepala. Senyum senyum sendiri meski tak peduli orang bakal berfikir apa.
jatuh cinta juga berhasil membuat orang jadi makhluk paling Ge-er sedunia. Ketika dia buat Personal Masagge, ketika itu juga kita bakal mengira pesat itu buat kita. padahal mah belum tentu. biasa nya Mendadak langsung mengoreksi diri sendiri. Apa iya kita seperti yang dia tulis di PM nya.
pernah satu waktu dia buat PM "thanks ya" di selingi emot peluk. Berhubung gue lagi jatuh cinta. Dan sial nya sama dia. Sontak aliran darah yang berjalan lambat, mendadak bak terjangan tsunami yang mengalir deras. Senyum senyum sendiri gue menatap layar. Tapi seketika runtuh begitu dia mengoreksi PM nya dan menambahkan nama seorang teman nya.
tapi yang ini beda. Apa arti nya dari menjadi kan screen capture chat sebagai DP di bbm? Apa ini respon bagus yang dia beri? Iya gue serius. Dalam satu kesempatan, ketika kita lagi ngalur ngindul di chat, dia sempat menjadikan chat kita sebagai DP.
di dalam dunia per-bb-an, ketika kita mau mengganti DP, ketika itu juga kita harus siap menerima beragam komen. Entah itu poto sendiri, poto lucu lucuan, atau screen capture. Untuk itu perlu ada nya kesiapan untuk menjawab beragam komen. Di balik kesiapan, di butuhkan juga kerelaan. Rela mempertanggung jawabkan DP yang kita pasang. Itu arti nya, apakah ini pertanda, sudah rela nya dia memberi sedikit hati nya untuk.. Gue? Ah baru aja gue bilang kalo orang jatuh cinta itu bisa jadi lebih geer. Oke gue menganggap tahap ini sudah berhasil. Gue berhasil mengajak dia berbincang. Iya gue tau meski baru lewat bbm. Kita sudah banyak membicaranan hal. Dari yang ringan, sampe yang berat. Berat? Iya, dalam satu malam kita ngebahas topik yang lebih serius dari biasa nya. Secara nggak langsung, dia udah bisa menangkap 'sinyal' yang gue berikan. Dia sudah tau, untuk apa gue masuk ke tiap detik waktu nya. Dan dia juga sudah tau, seperti apa menyikapi nya.
Posisi gue yang saat itu baru aja putus, meragukan dia tentang gue. Dia masih takut ini hanya pelarian dari rasa sakit yang gue alami. Atau kemungkinan lain nya adalah cibiran orang yang menganggap dia 'mau sama siapa aja' meski gue baru putus.
gue pun bisa terima alasan dia. Alasan yang logis dan nggak gue pikirkan sama sekali sebelum nya. Jauh di hati kecil gue bahagia dia memberi jawaban seperti itu. Logika nya, dalam kondisi seperti ini, dia lebih memilih 'mengamankan' reaksi publik tentang nya, ketimbang harus mengambil keputusan yang sifat nya buat diri sendiri. Dan dari situ gue semakin yakin kalo dia, bukan cewek sembarangan.
"mungkin ini terlalu cepat". Kata dia. Gue pun juga sepaham dengan nya. Meski gue tau, semakin lama kita mengulur waktu, semakin lama juga 'luka' lama gue kering.
dalam kondisi ini juga gue berfikir, kita baru sebates bbman. Belum ada kontak langsung. Face to face. Talk to talk. Berbicara langsung sambil menatap mata nya dan mendengarkan setiap ritme yang keluar dari mulut nya. Kita belum melakukan itu. Gue takut ritme nya sama seperti dulu. Yaitu.. Cinta yang instan, juga akan menghasilkan hubungan yang instan. Yaudah lebih baik gue tidur malam ini. Memikirkan planing selanjut nya. Seperti yang gue bilang, gue harus mengajak ngobrol dia. ngobrol langsung. Entah dengan cara apapun.
****
Pagi itu hari senin. Kemacetan jakarta yang selalu sama menambah kesemriwetan tiap pagi nya. Sift pagi di hari senin emang menyiksa. Selain harus macet macetan, stok buku baru yang dateng juga pasti banyak. Untung pagi itu sift satu 3 orang. Sebagai senior yang menjungjung tinggi nilai edukasi, gue membiarkan junior junior yang kerja dengan harapan bisa menambah product knowladge. Waktu santai santai gue gunakan untuk.. Mencari tau tentang liska sebanyak banyak nya, lewat rahayu.
"oh jadi andika langsung jaga jarak begitu tau gue juga suka sama liska?" tanya gue mengawali percakapan. Dengan lancar rahayu menuturkan semua itu.
"iya. Mungkin dia nggak enak sama lo."
bagus. Dengan begitu saingan gue berkurang satu. Ya emang satu doang sih.
"tapi ya kalo alesan nya karna nggak enak sama gue, gue juga bakal nggak enak sama dia." sambung gue sok simpati. Padahal seneng nya udah sampe terkencing kencing.
"lo gimana sih! Giliran dia udah mundur, lo yang ragu. Waktu awal tau dia juga suka, lo kaya kebakaran jenggot. Lo cowok bukan sih?" rahayu mulai emosi. Tapi kali ini nggak sambil menggebrak meja. Tapi meja yang menggebrak dia.
"ya lo tau kan, gue juga nggak mau begitu aja matahin niat orang cuma gara gara gue lebih senior. Apalagi masalah hati. Kalo seandainya suatu saat nanti gue jadian juga.."
"masih seandainya kan?"
"iya serah lo deh." gue kesel. "yaa maksud gue, gue nggak mau aja ada satu orang yang masih menyimpan perasaan ke liska. Semacem cinta nggak kesampean gitu. Maka nya lebih baik dia mundur karna alasan emang bener bener nggak suka, dari pada nggak enakan sama gue".
rahayu manggut manggut. Pengen kali ini gue yang menggebrak meja sambil berkata "ngerti nggak lo" namun gue urungkan, dari pada meja nya yang bakal menimpa gue.
"ya tapi kalo emang itu keputusan dia, gue bisa apa." gue sok pasrah. Padahal itu keputusan baik.
"tapi gue nggak yakin andika mau nyerah gitu aja". Sambung rahayu dengan mata selidik nya.
"maksud nya?"
"lo tau kan waktu dia juga suka sama wardah?perjuangan nya kaya gimana? Sayang nya aja wardah nggak ada respon sama sekali ke dia." wardah adalah cewek yang dari dulu di suka andika sampai akhir nya dia harus menyerah setelah tak ada respon yang kunjung baik.
"iya gue tau itu."
"orang orang yang kaya gini itu pasti prinsip hidup nya tinggi. dia nggak akan beralih ke lain hati, selama dia udah suka sama seseorang."
"jadi artinya??"
"arti nya? Ya arti nya perjuangan dia lebih besar, untuk mendapatkan orang yang dia suka. Meski umpama nih ya, kenyataan nya nanti liska nggak suka sama andika, tetep aja kalo perjuangan dia besar, cewek akan luluh juga bro."
gue mulai panik.
"cewek itu lebih suka di yakinin ketimbang di ingetin. Kalo perjuangan kita besar, keyakinan dia akan cowok itu juga semakin tumbuh dan besar."
kepanikan gue berubah menjadi ke khawatiran.
"contoh nya nih ya. Cewek lebih suka cowok yang langsung ngajak makan, ketimbang cuma bbm ngingetin makan doang. Lebih suka langsung di jemput ketimbang cuma bilang "kamu pulang nya ati ati ya" dan yang lebih penting, tiap bulan nya selalu bilang 'uang nya udah aku transfer ya'."
"yang terakhir itu kaya nya elo doang deh".
"hehe." rahayu tersipu malu. Tapi bener juga apa kata dia. Apa yang udah gue lakukan? Cuma sebates ngasih perhatian lewat bbm doang. Ngajak ngobrol langsung pun kaga. Sementara andika? Sesekali gue pernah liat dia ngobrol, entah membicarakan apa dengan liska.
"nih.. Mumpung dia masuk pagi juga. Lu ajak dah makan bareng kek. Pulang bareng kek. Biar lu ada sedikit perjuangan nya."
"yu.."
"apa?"
"makasih ya".
"LEBAY!!!" rahayu ngeloyor begitu aja. Tinggal gue yang masih berdiri di depan rak buku budidaya lele bersama rasa ketakutan yang semakin lama semakin membesar. Ketakutan yang sama. yup.. Ketakutan akan kehilangan lagi.
*****
makan siang gue di penuhi dengan sekumpulan cara, apa yang harus gue lakukan untuk memperlihatkan perjuangan yang lebih 'real'. Dalam sekelumit keyakinan yang tak banyak, gue meyakini, dia adalah penawar dari rasa sakit yang berkepanjangan ini. Gue bisa melupakan setidak nya sepersekian detik rasa sakit gue ketika lagi bbman sama dia. Bisa seantusias ketika mengetikan kata demi kata lewat pesan singkat itu. Itu lah alasan nya kenapa, di 10 menit yang lalu gue duduk termenung di meja kantin yang mulai sepi. Memikirkan bagaimana cara nya agar usaha gue yang nggak seberapa ini, bisa naik level dan mendapat tempat di hatinya dia.
30 menit berlalu tanpa hasil. Oke gue pasrah. Gue akan kembali bekerja dan melupakan cara cara norak yang barusan gue pikirkan. Kaya gue pura pura nabrak dia, dan ngejatuhin buku yang dia bawa dan berkata, "kamu nggak apa apa?" layak nya FTV siang.
memang nggak gampang berfikir dalam keadaan otak lagi nggak stabil. Ketidak stabilan sistem kerja otak gue di pengaruhi olah 2 unsur. Pertama rasa bahagia karna telah di mabuk asmara. Kedua ketakutan akan kehilangan lagi. Dan siang itu gue coba delete kedua nya agar nggak menjadi beban yang berkepanjangan. Gue coba sibukan diri dulu dengan kerjaan. Oiya, tadi buku dateng banyak. Lebih baik gue susun dulu ke rak nya.
dan jam 3 nggak kerasa datang gitu aja. Sebelum pulang, gue sempatkan buat shalat ashar dulu. Sendiri gue mematung, menunggu lift yang tak kunjung turun dari lantai 4. Kaya nya banyak yang mau turun. Angka 4 lalu berkedip kedip. Tanda lift nya lagi turun kebawah. Selang pintu terbuka, gue melihat dia didalam nya. Mampus gue. Nggak.. Nggak.. ini bukan panik. Bukan juga grogi. Ini cuma pertemuan yang belum gue persiapkan. Rambut gue masih acak acakan (yang sampe lebaran kadal juga keliatan acak acakan) baju gue dekil, lecek, farfum nya juga udah ilang. Trus apa yang harus gue katakan ke dia? Mengajukan pertanyaan basa basi kah, semisal ''langit nya cerah ya?'' Atau langsung bertegur sapa layak nya kawan lama yang tak kunjung temu, semisal ''hey apa kabar? suami, anak anak sehat ya di rumah? oiya ngomong ngomong di rumah pake propolis juga nggak?''
Terus apa yang bakal dia pikir kan kalo gue menegur atau tidak? Aaagrrrh.. Bego bego bego. Bahkan gue belum sempet menyiapkan pertanyaan retorika macam apa yang bakal gue ajukan?
perjalanan lift dari lantai 3 ke lantai dasar berasa perjalanan suku badui menuju kota. Dalam hening kita berada di satu kotak besi yang tak kunjung terbuka. Bahkan nafas kita saling bertukar. Bisa saja gue menghirup apa yang dia hembuskan. Ah.. Kalo begini jadi nya, tadi aja gue bawa kantung udara buat menyimpan udara yang saat itu dia hembuskan. Buat suatu waktu ketika dia di miliki orang lain, gue masih bisa memiliki sisa sisa nafas nya. Tsadap!
dalam hening yang panjang, akhir nya pintu terbuka. Dia berjalan duluan, sementara gue masih membelakangi nya. Mengutuk diri, betapa bego nya gue tadi. Bahkan sepatah kata "egrhm" pun nggak keluar. Gue masih bisa melihat punggung nya, saat akhir nya dia membelokan diri, menuju mushalah yang juga pengen gue tuju. Entah ini kesempatan kedua, atau rasa malu kedua. Yang jelas gue mulai memperlambat langkah. Memberikan kesempatan dia jalan duluan, biar nanti kita nggak lagi papasan.
tapi cara itu nggak efektif. Begitu selesai shalat, ternyata dia masih mengikat tali sepatu nya. Padahal tadi shalat udah gue lama lamain biar nggak ketemu lagi. gue cuma malu aja dengan apa yang gue lakukan di lift tadi. bukan.. bukan.. maksud gue, dengan apa yang gue nggak lakukan tadi. iya gue nggak melakukan apa apa.
Gue yakin dia menyadari keberadaan gue. Mungkin maksud nya, ada tapi seperti tak ada. Gue pahami itu. Terlihat dari raut wajah nya pun seperti menanamkan rasa kecewa. Seorang arimba yang rame di bbm, yang selalu bisa bikin chat selalu di buahi "hahaha" nya, mendadak menjadi seorang pecundang yang nggak berani menyapa, walau hanya sebatas kata 'hai'.
oke iya.. Gue akui saat ini (dan mungki selama nya) gue masih belum berani untuk menyapa nya. Nggak ada alasan khusus kenapa masih belum berani. Hanya sebatas waktu mungkin. Atau juga ini memang suatu kewajaran lelaki pada umum nya, Yang lebih memilih mematangkan step awal buat naik ke step berikut nya. Iya gue rasa begitu. Kita akan coba besok lagi.
malam nya gue coba bbm dia. Sekedar mengulang kebiasaan tiap malam, saat ngebahas satu topik yang nggak jelas tapi seru.
tapi entah perasaan gue doang apa nggak, balasan demi balasan yang dia kirim, seolah menandakan dia udah nggak mau lagi bbman sama gue. Bbm yang dia kirim lebih singkat dari biasa nya. Joke joke ringan yang gue kirim pun nggak mendapat respon seperti biasa nya. Dan yang lebih aneh lagi, dia nggak pernah nanya balik ketika gue menanyakan satu hal. Kenapa dia? Apa ini semua gara gara kejadian tadi sore? Chat berakhir ketika dia cuma bales "oh." gue juga udah mulai ngantuk. Lagi pula, apa yang mau di bales dari sebuah pesan singkat yang cuma berisikan "oh". Kalo gue terusin pun juga bakal keliatan binal. "Oh.. Oh.. Oh.." dan malam itu di tutup dengan satu pertanyaan besar. Ada apa dengan dia?"
*****
Gue bangun pagi itu dengan satu tanda tanya besar, ada apa dengan dia? Gue bbm pun bales nya lama banget. Sekali nya bales, singkat doang. Dengan masih menggantung pertanyaan yang belum terjawab tadi, gue kembali berangkat kerja. Gue susuri jalan sepanjang salemba matraman dengan setengah hati. Pagi ini memang nggak seperti biasa nya. Ada seperti part yang hilang dalam hidup gue. Meski terlihat sepele, namun terasa juga.
di tempat kerja, gue berusaha menemui rahayu. Menanyakan apa penyebab dia berubah. Kali aja dia tahu. Tapi sedari tadi dia nggak keliatan. Nggak masuk apa gimana sih?
"liat rahayu ngga?" gue nanya kesalah satu pegawai lain nya.
"tadi sih gue liat di bawah."
"oke thanks ya." gue bergegas langsung turun kebawah. Dari kejauhan gue sudah bisa melihat nya. Tubuh nya yang sedikit jumbo memudahkan gue untuk mencirikan nya meski dari jarak 10KM.
namun saat dia melihat gue, pandangan nya langsung bergerak ke arah lain. Saat gue menuju ke arah nya, dikit demi sedikit pun langkah nya juga menjauh. Ada apa sih ini?
"yu.. Rahayu.." gue memanggil nya.
karna sudah di panggil nama nya, terpaksa dia menoleh.
"ada apaan sih? Lo kenapa?" tanya gue penasaran.
"kenapa apa nya? Biasa aja."
"yaaa kaya nya lu beda aja. Kaya mau menghindar gitu."
"perasaan lu aja kali kak."
gue melupakan hal itu.
"oiya yu.. Gue mau nanya satu hal." sambung gue.
"apa?"
"kok dia jadi cuek gitu ya sekarang sama gue"
"cuek gimana?" tanya nya ragu.
"ya ga kaya biasa nya aja. Lu tau sesuatu?"
dia menggigit ujung bibir nya. Bola mata yang sedari tadi tertuju ke gue, kini berubah arah. seperti sedang ingin memberi sesuatu, tapi ragu.
"yuu.."
"..."
"yu lu pasti tau sesuatu kan pasti?" tanya gue semakin penasaran.
"...."
"yu ayolah.. Lu kata nya mau bantu gue."
"cuma gue nggak enak kak ngomong nya."
"yaudah nggak papa."
"yaudah sini ikut."
gue di giring naik lagi ke atas. Menuju tempat yang mungkin nggak ada orang yang mendengar.
"buruan, lu mau ngomong apa?" gue semakin penasaran.
"tapi janji ya lu harus baik baik aja sama semua nya setelah gue bilang ini?"
"iya iya.." sambung gue ragu. Perasaan kian resah.
"jadi sebener nya.."
"sebener nya apa?"
"hmm sebener nya.."
gue mendengarkan dengan seksama.
"apa?"
"liska.."
"iya liska kenapa?"
"liska udah jadian sama andhika" ucap nya cepat. "udah ah, gue jadi makin bersalah gini sama lu." lalu dia pergi meninggalkan gue yang masih belum percaya dengan apa yang dia ucapkan.
seketika dunia terasa gelap. Lantai 3 yang tadi nya banyak orang, kini bagai video yang di pause. Separuh otak gue masih belum bisa mencerna apa yang di ucapkan rahayu. Sendi sendi di kaki terasa ngilu. Gue berjalan perlahan ke balik pilar. Mengumpat berharap tak ada yang menemukan. Langit jakarta yang bisa gue lihat dari jendela dengan keadaan cerah, kini berubah menjadi gelap dan kelam. Itu menurut bayangan gue. Sedikit demi sedikit harapan yang gue tabung selama ini, hilang sudah.
dan jika gue boleh kembali ke 2 hari yang lalu, saat gue berpapasan di lift, mungkin gue akan benar benar menyiapkan kantung udara untuk menyimpan sedikit nafas nya, ketika raga nya tak sempat gue miliki :)
Lantai 2 Gramedia Matraman 27 November 2013
Komentar
Posting Komentar