Benar kata orang, hidup itu memang selalu menyuguhkan banyak pilihan. Termaksud pilihan untuk menjadi seorang perokok, atau tidak. Sejak kecil, gua selalu berandai andai, mau memilih merek rokok apa ketika suatu saat nanti sudah besar. Iya, waktu kecil gue pengen cepet cepet gede lantaran biar bisa ngeroko. Hal ini mungkin disebabkan dari pengaruh keluarga yang semua nya perokok. Dari kakek, om tante, sepupu, nyokap bokap, dan abang sendiri, semua nya perokok.
Pas SMP kelas satu, gue mulai coba coba rokok. Diawali dengan nongkrong bareng mereka yang perokok, berharap agar di tawarin rokok, dan itu berhasil. Sekali dua kali, memang mulut terasa pahit. Seminggu dua minggu, iya... gue bengek. Karena menjadi bahan olok olok temen soal itu, gue memutuskan untuk nggak ngerokok lagi. Masuk STM, bujuk rayu untuk mencoba merokok lagi semakin gencar. Itu karena semua isi kelas gue cowok semua. Jadi akan sangat wajar kalo ketika kelas senggang, beberapa murid mojok di belakang buat ngerokok. Sebagai seorang yang pernah ingin mencoba menjadi perokok, ditambah ajakan temen lagi, gue sukses mencoba rokok lagi. Sehari dua hari, mulut masih terasa pahit. Seminggu dua minggu... gue TBC. Namun semakin besar, gua malah melupakan 'cita cita' itu. Entah karena alasan apa, gue malah semakin nggak tertarik sama rokok. Padahal menurut gue, perokok itu adalah pesulap yang paling handal. Iya, mereka dapat merubah uang.. menjadi asap. Mungkin gue boleh berbangga sebagai orang yang bukan perokok. sebab Dari segi kesehatan, memang gue lebih unggul dari mereka yang merokok. Tapi kadang dari segi lain, gue menemukan banyak hal yang nggak bisa gue lakukan dari mereka yang merokok. Dan mungkin ini salah satu nya..
1. Susah akrab sama orang baru Entah ini teori dari mana, tapi gue selalu mengamati ada beberapa orang yang belum saling kenal, dan tiba tiba menjadi akrab cuma dari satu kalimat. "Punya korek nggak?". Setelah pertanyaan itu, yang ditanya mengeluarkan korek, memberi nya, dan yang meminjam mematik nya. Abis itu pasti bakal ada pertanyaan pertanyaan lain semisal "mau kemana bang?", "bis 07 udah lewat belom ya?" Dan.. obrolan berlanjut. Coba kalo yang di tanya bukan perokok, "ada korek bang?" "Nggak ada". Perbincangan selesai. Kita berdua pun sepakat memutuskan tali silahturahmi. 2. Nggak bisa menjadi penyelamat dikala canggung Didunia ini, cuma ada dua aktifitas yang bisa menyelamatkan lu dari suasana canggung. Yang pertama itu handphone, yang kedua rokok. Misal lu lagi nongkrong sama temen nya temen, yang sama sekali nggak lu kenal. Biasa nya ada beberapa topik yang nggak lu tau. Mau nimrung takut disangka sotoy, mau diam takut disangka bete. Akhir nya lu memutuskan untuk buka handphone, pura pura ngetik agar terlihat sibuk dan nggak canggung. Padahal mah cuma buka menu, balik lagi, menu, balik lagi. Dan.. kita sukses nggak canggung. Setelah handphone dirasa cukup, biasa nya kita langsung ngerokok agar bisa 'disamaratakan' dengan yang lain. Karna udah ngerasa 'seragam' dengan yang lain, akhir nya rasa canggung menjadi biasa aja. Nah bagaimana nasib orang orang seperti gue jika masuk dalam suasana kaya gini? Aktifitas apa yang bisa gue lakukan untuk mengusir rasa canggung? Menjaga pintu perlintasan kereta api? 3. Sulit dianggap sudah mapan Ini adalah streotip jaman dulu yang menyebutkan bahwa perokok adalah mereka yang udah bisa cari duit sendiri. Kita pasti sering denger kalimat kaya gini : "Udah ngerekok lu? Emang udah bisa cari duit?" Ya meskipun jaman sekarang mereka yang masih bocah udah banyak yang ngerokok, tapi anggapan ini masih belum sepenuh nya hilang gitu aja. Beberapa dari kita yang bukan perokok pasti pernah ngalamin satu momen seperti ini : Lagi nongkrong. Ada temen yang mau ngerokok. Trus nawarin ke kita yang nggak ngerokok. Trus kita jawab "nggak ngerokok bro". dengan enteng nya dia bales. "Kenapa emang? Belom gawe?". 4. Nggak akan pernah bisa di bilang coffea addict Semenjak tayang nya film "filosofi kopi", banyak sebagian dari kita yang sotoy tentang kopi biar dibilang coffea addict. Tapi sayang nya, mimpi itu harus di kubur dalam dalam bagi mereka yang bukan perokok. Ini sering terjadi didiri gue. Gue bukan perokok, tapi gue suka kopi. Ketika lagi mau nongkrong sama temen temen di warung kopi, biasa nya ada satu orang yang bakal ngumpulin pesenan kita trus disampein ke abang abang nya. "Din lu kopi apa?" "Cok lu torabika?" "Bud, kapal api nya abis". "Rim lu teh apa susu?" Iya, ini juga stigma yang sampe sekarang nggak pernah ilang. Bahwa perokok itu harus ngopi, dan akan menjadi aneh jika bukan perokok itu ngopi. Jadi, lupakan mimpi agar bisa terlihat seperti ben di filosofi kopi. 5. Lupakan mimpi untuk menjadi bad boy Kata orang, cewek lebih suka cowok bad boy ketimbang good boy. Dan cowok bad boy itu biasa nya perokok. gimana mau di labeli bad boy kalo dia nya aja nggak ngerokok. Sebab, ngerokok adalah gesture paling macho yang pernah ada di alam jagad raya ini. Gue juga belum menemukan korelasi yang pas sih antara aktifitas merokok dan kejantanan. tapi mungkin gini.. keputusan untuk merokok bisa jadi keputusan paling berat dalam hidup seorang cowok. Sama hal nya kaya keputusan mau di tatto. Maka dari itu, keputusan yang berat itu lah yang menjadikan nya terlihat lebih jantan ketika ia mengambilnya. Jadi pada inti nya, lupakanlah mimpi menjadi bad boy kalo lu lahir dari kalangan bukan perokok. Bukan tanpa henti gue mencoba untuk menjadi perokok. Meski udah memutuskan untuk tak merokok, kadang gue masih suka melakukan gerakan gerakan layak nya seorang perokok. Kaya misal nya uang kertas di gulung gulung, trus di jepit di kedua jari. Iya, setelah itu biasa nyokap berkata.. "HAHAHAHA.. kaga pantes lu".
Pas SMP kelas satu, gue mulai coba coba rokok. Diawali dengan nongkrong bareng mereka yang perokok, berharap agar di tawarin rokok, dan itu berhasil. Sekali dua kali, memang mulut terasa pahit. Seminggu dua minggu, iya... gue bengek. Karena menjadi bahan olok olok temen soal itu, gue memutuskan untuk nggak ngerokok lagi. Masuk STM, bujuk rayu untuk mencoba merokok lagi semakin gencar. Itu karena semua isi kelas gue cowok semua. Jadi akan sangat wajar kalo ketika kelas senggang, beberapa murid mojok di belakang buat ngerokok. Sebagai seorang yang pernah ingin mencoba menjadi perokok, ditambah ajakan temen lagi, gue sukses mencoba rokok lagi. Sehari dua hari, mulut masih terasa pahit. Seminggu dua minggu... gue TBC. Namun semakin besar, gua malah melupakan 'cita cita' itu. Entah karena alasan apa, gue malah semakin nggak tertarik sama rokok. Padahal menurut gue, perokok itu adalah pesulap yang paling handal. Iya, mereka dapat merubah uang.. menjadi asap. Mungkin gue boleh berbangga sebagai orang yang bukan perokok. sebab Dari segi kesehatan, memang gue lebih unggul dari mereka yang merokok. Tapi kadang dari segi lain, gue menemukan banyak hal yang nggak bisa gue lakukan dari mereka yang merokok. Dan mungkin ini salah satu nya..
1. Susah akrab sama orang baru Entah ini teori dari mana, tapi gue selalu mengamati ada beberapa orang yang belum saling kenal, dan tiba tiba menjadi akrab cuma dari satu kalimat. "Punya korek nggak?". Setelah pertanyaan itu, yang ditanya mengeluarkan korek, memberi nya, dan yang meminjam mematik nya. Abis itu pasti bakal ada pertanyaan pertanyaan lain semisal "mau kemana bang?", "bis 07 udah lewat belom ya?" Dan.. obrolan berlanjut. Coba kalo yang di tanya bukan perokok, "ada korek bang?" "Nggak ada". Perbincangan selesai. Kita berdua pun sepakat memutuskan tali silahturahmi. 2. Nggak bisa menjadi penyelamat dikala canggung Didunia ini, cuma ada dua aktifitas yang bisa menyelamatkan lu dari suasana canggung. Yang pertama itu handphone, yang kedua rokok. Misal lu lagi nongkrong sama temen nya temen, yang sama sekali nggak lu kenal. Biasa nya ada beberapa topik yang nggak lu tau. Mau nimrung takut disangka sotoy, mau diam takut disangka bete. Akhir nya lu memutuskan untuk buka handphone, pura pura ngetik agar terlihat sibuk dan nggak canggung. Padahal mah cuma buka menu, balik lagi, menu, balik lagi. Dan.. kita sukses nggak canggung. Setelah handphone dirasa cukup, biasa nya kita langsung ngerokok agar bisa 'disamaratakan' dengan yang lain. Karna udah ngerasa 'seragam' dengan yang lain, akhir nya rasa canggung menjadi biasa aja. Nah bagaimana nasib orang orang seperti gue jika masuk dalam suasana kaya gini? Aktifitas apa yang bisa gue lakukan untuk mengusir rasa canggung? Menjaga pintu perlintasan kereta api? 3. Sulit dianggap sudah mapan Ini adalah streotip jaman dulu yang menyebutkan bahwa perokok adalah mereka yang udah bisa cari duit sendiri. Kita pasti sering denger kalimat kaya gini : "Udah ngerekok lu? Emang udah bisa cari duit?" Ya meskipun jaman sekarang mereka yang masih bocah udah banyak yang ngerokok, tapi anggapan ini masih belum sepenuh nya hilang gitu aja. Beberapa dari kita yang bukan perokok pasti pernah ngalamin satu momen seperti ini : Lagi nongkrong. Ada temen yang mau ngerokok. Trus nawarin ke kita yang nggak ngerokok. Trus kita jawab "nggak ngerokok bro". dengan enteng nya dia bales. "Kenapa emang? Belom gawe?". 4. Nggak akan pernah bisa di bilang coffea addict Semenjak tayang nya film "filosofi kopi", banyak sebagian dari kita yang sotoy tentang kopi biar dibilang coffea addict. Tapi sayang nya, mimpi itu harus di kubur dalam dalam bagi mereka yang bukan perokok. Ini sering terjadi didiri gue. Gue bukan perokok, tapi gue suka kopi. Ketika lagi mau nongkrong sama temen temen di warung kopi, biasa nya ada satu orang yang bakal ngumpulin pesenan kita trus disampein ke abang abang nya. "Din lu kopi apa?" "Cok lu torabika?" "Bud, kapal api nya abis". "Rim lu teh apa susu?" Iya, ini juga stigma yang sampe sekarang nggak pernah ilang. Bahwa perokok itu harus ngopi, dan akan menjadi aneh jika bukan perokok itu ngopi. Jadi, lupakan mimpi agar bisa terlihat seperti ben di filosofi kopi. 5. Lupakan mimpi untuk menjadi bad boy Kata orang, cewek lebih suka cowok bad boy ketimbang good boy. Dan cowok bad boy itu biasa nya perokok. gimana mau di labeli bad boy kalo dia nya aja nggak ngerokok. Sebab, ngerokok adalah gesture paling macho yang pernah ada di alam jagad raya ini. Gue juga belum menemukan korelasi yang pas sih antara aktifitas merokok dan kejantanan. tapi mungkin gini.. keputusan untuk merokok bisa jadi keputusan paling berat dalam hidup seorang cowok. Sama hal nya kaya keputusan mau di tatto. Maka dari itu, keputusan yang berat itu lah yang menjadikan nya terlihat lebih jantan ketika ia mengambilnya. Jadi pada inti nya, lupakanlah mimpi menjadi bad boy kalo lu lahir dari kalangan bukan perokok. Bukan tanpa henti gue mencoba untuk menjadi perokok. Meski udah memutuskan untuk tak merokok, kadang gue masih suka melakukan gerakan gerakan layak nya seorang perokok. Kaya misal nya uang kertas di gulung gulung, trus di jepit di kedua jari. Iya, setelah itu biasa nyokap berkata.. "HAHAHAHA.. kaga pantes lu".
Komentar
Posting Komentar